SELAMAT DATANG DI KANG AZHAR BLOG

Minggu, 04 Juli 2010

Universitas Al-Azhar univ. islam tertua di dunia

Universitas Al-Azhar (diucapkan "AZ-har", bahasa Arab: جامعة الأزهر الشريف; Al-ʾAzhar al-Šyarīf , Al-Azhar Mulia), adalah salah satu pusat utama pendidikan sastra Arab dan pengkajian Islam Sunni di dunia[1] dan merupakan universitas pemberi gelar tertua kedua di dunia.[2] Universitas ini berhubungan dengan masjid Al-Azhar di wilayah Kairo Kuno.

Mulanya universitas ini dibangun oleh Bani Fatimiyah yang menganut mazhab Syi'ah Ismailiyah, dan sebutan Al-Azhar mengambil dari nama Sayyidah Fatimah az-Zahra, putri Nabi Muhammad. Masjid ini dibangun sekitar tahun 970~972. Pelajaran dimulai di Al-Azhar pada Ramadan Oktober 975, ketika ketua Mahkamah Agung Abul Hasan Ali bin Al-Nu'man mulai mengajar dari buku "Al-Ikhtisar" mengenai topik yurisprudensi Syi'ah. Madrasah, tempat pendidikan agama, yang terhubung dengan masjid ini dibangun pada tahun 988. Belakangan, tempat ini menjadi sekolah bagi kaum Sunni menjelang abad pertengahan, dan terus terpelihara hingga saat ini.

Saat ini, misi universitas antara lain adalah penyebaran agama dan budaya Islam. Untuk tujuan ini, para sarjana Islam (ulama) mengeluarkan maklumat (fatwa) untuk menjawab berbagai permasalahan yang ditanyakan kepada mereka dari seluruh dunia Islam Sunni, mengenai perilaku individu atau masyarakat muslim yang tepat (contohnya baru-baru ini adalah fatwa mengenai klarifikasi dan dan pelarangan terhadap pemotongan alat kelamin perempuan). Al-Azhar juga melatih pedakwah yang ditunjuk oleh pemerintah Mesir.

Perpustakaan Al-Azhar dianggap nomor dua terpenting penting di Mesir setelah Perpustakaan dan Arsip Nasional Mesir. Al-Azhar yang bermitra dengan ITEP, suatu perusahaan teknologi informasi Dubai, pada bulan Mei 2005 meluncurkan Proyek YM Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum untuk Melestarikan dan Mempublikasikan Naskah Al-Azhar Secara Online ("Proyek Al-Azhar Online"); dengan membawa misi untuk memberikan akses online kepada masyarakat atas seluruh koleksi manuskrip langka (terdiri dari sekitar tujuh juta halaman) yang dimiliki perpustakaan Al-Azhar.[3][4]

Sabtu, 03 Juli 2010

Sejarah Marching Band MANU Putra

http://manu.buntetpesantren.org/wp-content/uploads/Haul-2008-004.jpg
Salah satu bentuk latihan kekompakan dan kepemimpinan bisa melalui sebuah grup Marching Band. MANU Putra Buntet Pesantren Cirebon telah memiliki peralatan yang cukup lengkap dan pada setiap moment akbar seperti hari kemerdekaan, hari-hari besar Islam dan Haul Buntet Pesantren, Marching Band kebanggaan wong Buntet ini berani tampil dengan berbagai variasi display dan lagu-lagu.

Untuk kalangan sekolah yang berada di perkotaan, keberadaan Marching Band merupakan sesuatu yang biasa, namun untuk Buntet Pesantren, justru lahirnya Marching Band sudah ada sejak zaman pasca kemerdekaan. Pertama kali Buntet Pesantren dalam Muktamar NU pertama kali di Jakarta.

12 Hari Mesantren Kilat di Jepang

April 6th, 2010 by MANU PUTRA

Oleh : KH. Aries Ni’matullah

Berawal dari kedatangan duta besar jepang untuk Indonesia Mr. Kojiro Siojiri bekunjung ke Buntet Pesantren pada tanggal 18 Juni 2009. kedatangan beliau ke Buntet adalah napak tilas sekian puluh tahun yang lalu ketika gubernur jepang untuk Indonesia juga ke buntet yang kala itu diterima sesepuh buntet pesantren KH. Abbas Abdul jamil.

Kedatangan Mr. Siojiri ke Buntet bertujuan mempererat hubungan antara kedua Negara Jepang dan Indonesia khususnya pesantren Buntet. Ada pertanyaan kecil, kenapa mesti ke buntet pesantren ? jawaban yang pasti tentu ada pada beliau. Kalau menyimak dari orasi beliau ada beberapa hal yang dapat diambil sebagai kesimpulan sementara.

Pada orentasi beliau, beliau bercerita tentang pak Arifin yang asal cirebon yang tengah magang di jepang telah menolong tiga orang /anak-anak jepang yang terbawa arus laut ketika sedang berenang. Sedangkan Pak Arifin sendiri meninggal dunia karena usaha penyelamatan tersebut. Pengorbanan Pak Arifin sangat dihargai pemerintah Jepang. Artinya bahwa ternyata masih ada orang yang mau menolong untuk orang lain yang sama sekali tidak ia kenal, mengorbankan dirinya, pada zaman dimana kehidupan sekarang yang individualistis dan tidak peduli terhadap kehidupan orang lain. Pendidikan seperti apa, dimana yang masih mempelajari nilai-nilai kemanusiaan yang seperti itu ? nilai-nilai seperti itulah yang diajarkan masyarakat jepang. Ternyata, menurut beliau pesantrenlah yang masih tetap konsen mengajari para murid-muridnya nilai-nilai dasar kemanusiaan. Itulah barang kali yang mendasari beliau kenapa beliau harus dating kepesantren, khususnya buntet pesantren.

Disamping beliau berkunjung kepesantren-pesantren, beliau juga berharap ada dari pesantren yang juga dapat berkunjung kejepang untuk melihat langsung kehidupan masyarakat disana. Berdasarkan rekomendai para kyai saya dipercaya untuk mewakili pesantren dengan 12 kyai yang lain dari pesantren yang ada di penjuru Indonesia.

Pada tanggal 12 Januari 2010 saya dan rombongan berangkat ke jepang. Dalam perjalanan, yang ada dalam benak saya bahwa saya akan berkunjung kenegara yang sangat maju dan modern yang hanya saya bias dengar diradio atau lihat di Koran, majalah atau televise. Negaranya maju dan modern tentu masyarakatnya maju dan modern juga. Kedatangn rombongan disambut udara dingin yang saya lihat temperature dipojok airport menunjukkan angka 7o c. dinginnya udara dingin pada musim dingin dijepang serasa hangat ketika kita disambut ramah oleh Mrs. Kurisawa. Beliaulah yang menemani kita dari satu acara keacara yang lain. Banyak yang saya ingin ungkapkan dari apa yang telah saya saksikan dijepang dari satu kota kekota yang lainnya, dari acara yang satu keacara yang lainnya. Namun sayang, hanya sedikit yang bias saya tulis.

Kunjungan yang paling menarik menurut saya adalah ketika saya dan rombongan pergi berkunjung kesekolah-sekolah dijepang baik tingkt smp maupun sma, yang swasta maupun negeri. Dalam perjalanan menuju ke sekolah yang akan kami kunjungi yang ada dalam benak saya adalah rasa penasaran yang meletup-letup. File dikepla saya hanya ada model sekolah diindonesia dengan segala sarana penunjangnya yang sangat sederhana. Mata saya terbelalak lebar, ketika melihat betapa tidak pernah saya bayangkan,bahwa sekolah-sekolah di jepang semua sarana penunjang KBM (kegiatan belajar mengajar) hamper sempurna. Dari ruang belajar, sarana olahraga, laboratorium dan sebagainya semua ada dan modern, sulit sekali mencari apa yang kurang. Saya membanyangkan, kalau ada satu saja model sekolah seperti dijepang dengan semua fasilitasnya berada diIndonesia, dan diakreditasi oleh yang berwenang, entah mereka mau kasih nilai berapa. Lucunya, ada diantara teman rombongan yang bertanya, apakah ada dijepang model sekolah unggulan? Mereka pengurus sekolah bahkan tidak mengerti maksud pertanyaan tersebut. Mungkin karena dijepang semua sekolah punya sarana penunjuang KBM yang sama. Hingga ada diantara temn yang lain “nyeletuk : dijepang sekolahnya semua unggulan”.

Dari semua sekolah yang kami kunjungi, ada satu hal yang membuat dahi saya berkerenyit. Yaitu bahwa disekolah-sekolah tidak diajarkan pelajaran agama. Hanya ada mata pelajaran budi pekerti. Dengan demikian kearifan mereka kehalusan budi pekerti mereka, kedisiplinan mereka, mereka dapatkan dari ajaran budaya leluhur dan kepribadian bangsa mereka, bukan murni dari ajaran agama yang mereka anut. Agama bagi mereka adalah simbol kebaikan. Bukan apa agama seseorang, lebih penting bagaimana orang tersebut mengamalkan ajaran agama karena mereka yakin agama mengajarkan sesuatu yang baik. Jadi penganut agama yang konsekwen dan mengamalkan ajarannya akan baik pula. Mereka lebih mementingkan bahasa sikap, dan tindakan bukan memperbanyak bahasa lisan (Talk Only No Aks). Disiplin, jujur, kerja keras, bersih, sopan santun, saling menghormati dan menghargai, toleransi dalam masyarakat jepang adalah nilai-nilai universal, dan nilai-nilai dasar kemanusiaan yang harus dilaksanakan bukan hanya diorasikan. Sebagian orang takut modernisasi, karena takut akan kehilangan identitas diri bangsa. Tetapi jepang bias maju dan modern tanpa harus menanggalkan dan kehilangan jati diri dan nilai-nilai luhur budaya bangsanya.

Saya menengok kebelakang, ke sekolah-sekolah atau ke madrasah-madrasah kita di Indonesia atau mungin juga perguruan tinggi berbasis agama. Sungguh ironis sekalih!. Di madrasah-madrasah kita, bukan hanya ada mata pelajaran agama, bahkan lebihdari itu, banyak pelajaran yang lebih khusus dan mendalam lagi dari sekedar belajar penghantar tentang agama, khususnya dimadrasah-madrasah yang ada dipesantren atau ada dalam lingkungan yang religius. Bahkan samapai ketingkat yang lebih tinggi, yaitu perguruan tinggi agama, dengan symbol-simbol yang luar biasa “ sekolh tinggi Agama Islam, Institut Agama Islam, Universitas Islam dan sebagainya.

Saya yakin sekali, didalam lembaga-lembaga tersebut bukan hanya diajarkan tentang agama tapi juga diperdalam secara khusus tentang ajaran dan nilai-nilai agama. Ajran agama seperti apa? Jawabnya adalah sama, yaitu tentang hukum, akhlaq, tata pergaulan, toleransi dan semua nilai-nilai ideal. Tapi secara jujur saya katakana nilai-nilai yang diperdalam dilembaga tersebut itubelum semua (kalau tidak berani kita katakan “tidak”) diaplikasikan dalam realitas nyata dilingkungan masyarakat, tanpa harus menunjuk kasus perkasus.

Apakah ada yang salah? Masyarakat jepang yang tidak mendidik ajaran agama disekolah-sekolah, tetapi teta budaya mereka sehari-hari lebih agamis. Sedangkan kita yang diajarakan dan di didik tentang ajaran agama sejak dari tingkat taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi berprilaku budaya dan tata nilai sepertinya berlawanan dengan yang diajarkan dan dipelajari. Apakah mungkin manyarkt jepang harus belajar tentang ajaran-ajaran agama kepada kita, dan kita belajar kepada kita tentang cara mengaplikasikan ajaran agama dalam realitas kehidupa sehari-hari (meski kelihatan lucu). Ataukah mereka mau memeluk agama islam yang kita yakini sehingga gambaran “muslim” bukanlah “arab”, tetapi “asia”, dalam hal ini Indonesia – Jepang? Entahlah!.

Yang paling pasti saya berada di jepang hanya 12 hari, tapi saya seperti belajar nilai-nilaidasar ajaran agama yang saya yakini bagaikan bertahun-tahun. Saya lahir di Indonesia, belajar tentang Islam di Arab dan menemukan aplikasi ajaran agama yang saya yakini dijepang.

Sepertinya saya telah ikut pesantren kilat selama 12 hari dijepang. terima kasih kepada kementrian Jepang, dalam hal ini keduataan besar jepang untuk Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada pesantren kami dan saya secara pribadi untuk berkunjung ke Jepang.

KH. Aris Ni’matullah, adalah pengurus YLPI (Yayasan Buntet Pesantren Cirebon) guru dan pengasuh pendok pesantren Al Inaroh.

 
Free Host | lasik surgery new york